Translate

Jumat, 29 Mei 2020

Pertolongan Pertama Penanganan pada Luka Psikologis yang Terjadi pada Penolakan

(Resume BAB I Pertolongan Pertama pada Emosi Anda dibuat oleh Riwayat Nanik Lestari pada 5 Syawal 1441/28 Mei 2020)

Ientitas Buku:

Judul Buku                  : Pertolongan Pertama pada Emosi Anda

Pengarang                   : Guy Winch, Ph. D.

Penerjemah                  : Th. Dewi Wulansari

Penerbit                       : Gemilang, Jakarta

Tebal Halaman            : 448 halaman

Resume:

            Buku dengan judul Pertolongan Pertama pada Emosi Anda ini memiliki pokok bahasan sebanyak 7 bab, yakni penolakan, kesepian, rasa kehilangaan dan trauma, rasa bersalah, ruminasi, kegagalan dan rasa rendah diri. Setiap bab di buku ini di bahas mengenai luka-luka tersebut dan kemudian dibahas mengenai cara penanganan yang mungkin bisa kita lakukan. Sebagai catatan, setiap cara penanganan dalam setiap luka boleh dipraktikkan apabila kondisi mental praktikan sudah benar-benar kuat. Panduan ini hanya diperuntukkan untuk luka-luka ringan dan apabila pemakai merasa memiliki tingkat luka yang cukup parah yang ditandai dengan ketidakmampuan secara mental menerima isi dari buku ini maka disarankan harus melakukan penanganan yang lebih serius bersama ahlinya.

 

BAB I – Penolakan


Pembahasan

Penolakan merupakan sebuah hal yang cukup sering kita alami, mulai dari ditolak saat mendaftar kerja, ditolak saat mendaftar kuliah, ditolak saat melamar seseorang, ditolak saat menawar barang, ditolak saat bermain dan sebagainya yang sehari-hari kita temui. Akan tetapi terkadang kita selalu menganggap remeh sebuah penolakan yang terjadi dan lebih parahnya kerapkali kita meremehkan luka karena penolakan dan lika psikologis yang ditimbulkannya. Perlu diketahuai ada empat macam luka psikologis akibat penolakan, yakni rasa sakit emosional, rasa kemarahan dan serangan, rasa percaya diri yang jatuh dan rasa kebutuhan untuk menjadi bagian yang terancam. Luka-luka ini perlu kita selesaikan untuk menghindari adanya komplikasi psikologis lainnya.

Luka Akibat Penolakan

            Rasa sakit emosional : mengapa penolakan bodoh sekalipun terasa sangat menyakitkan. Perbedakan penolakan dari emosi negative lain adalah kepedihan dari rasa sakit yang ditimbulkannya yang kerap digambarkan dengan sakit mendapat pukulan diperut atau tusukan di dada. Penolakan terasa jauh lebih menyakitkan dibanding luka emosional lainnya karena masa lalu evolusi kita, yakni manusia adalah makhluk sosial; ditolak oleh suku/kelompok sosial dimasa lalu yang belum beradap berarti kehilangan akses untuk memperoleh makan, perlindungan dan pasangan yang menjadikan survive sangat sulit. Penolakan tidak mengenal alasan menyebabkan logika/akal sehat kita tidak efektif. Penolakan berpengaruh pada kemampuan kita menggunakan pikiran secara jernih.

            Kemarahan dan serangan : mengapa pintu dan dinding dipukul? Penolakan sering memunculkan kemarahan dan dorongan agresif yang membuat kita merasakan desakan kuat untuk melampiaskannya, terutama pada yang telah menolak kita dan dalam keadaan terdesak ini apapun disekitar kita yang menjadi sasarannya. Cara pelampiasan ini pun bisa lebih serius. Apabila luka psikologis yang ditimbulkan akibat penolakan tidak ditangani segera, bisa mengakibatkan adanya infeksi yang memicu kerusakan yang lebih serius pada jiwa seseorang. Hubungan antara penolakan dan serangan sangat erat dan sangat penting bagi kta untuk menyadari bahwa luka karena penolakan bisa memicu tindakan yang tiak pernah terpikr akan kita lakukan.

            Rasa percaya diri yang jatuh : menghukum diri sendiri ketika sudah terjatuh. Sering kali kita menambah pengalaman penolakan dengan bersikap sangat kritis terhadap diri sendiri dan terus menghukum diri sendiri yang sebenarnya ini sangat berbahaya sebab mampu dengan mudah menimbulakn infeksi yang bisa memunculkan kerusakan kesehatan jiwa. Dalam hubungan romantis/lamaran kerja/lainnya, sikap kritis ini bisa menjadi masalah karena bisa jadi kita menghabiskan berjam-jam untuk menganalisis apa yang keliru kita lakukan/ucapkan. Padahal yang sebenarnya, penolakan yang kita alami diakibatkan kurangnya chemistry/kriteria yang dibutuhkan, bukan kesalahan/kekurangan kita.

            Rasa kebutuhan untuk menjadi bagian yang terancam : manusia yang membutuhkan manusia lain bukanlah manusia paling miskin. Alasan yang membuat rasa percaya diri kita begitu rapuh terhadap penolakan adalah karena kita dilengkapi dengan kebutuhan mendasar untuk merasa diterima orang lain. Sebagian dari kita memiliki kehidupan menantang sehingga untuk memenuhi kebutuhan diterima oleh orang lain ini menjadi tantangan yang sesungguhnya.

Penanganan

Penolakan yang kita alami sifatnya sangat signifikan atau berulang-ulang terjadi atau keduanya. Apabila luka yang terjadi akubat penolakan ini tidak ditangani resikonya bisa sangat berat. Dalam penanganan ini ada empat penangan untuk memulihkan luka akibat penolakan. A (berdebat dengan kritik terhadap diri sendiri) dan B (membangkitkan kembali harga diri) yang ditujukan untuk mengatasi luka emosional dan harga diri. C (memulihkan hubungan sosial) ditujukan untuk menangani rasa kebutuhan untuk menjadi bagian yang terancam. A,B dan C juga ditujukan untuk mengatasi kemarahan dan doronngan agresif. D (menurunkan sensitifitas) ditujukan unntuk perasaan terbiasa, sifatnya optional karena menimbulkan efek samping terhadap emosi.

Penanganan A : berdebat dengan kritik terhadap diri sendiri. Ketika terjadi penolakan kita sering mencari “apa yang salah” dari diri kita sehingga ditolak. Mencari kesalahan ini hanya akan memperparah kondisi kita dan memperlambat penyembuhan. Karena itu lebih baik melakukan kesalahan/kekurangan dari pada mengkritik diri sendiri atas kesalahan/kekurangan yang kita lakukan. Untuk mengatasi kritik yang kritis terhadap diri sendiri ini maka perlu dilakukan “berdebat dengan suara yang kritis terhadap diri sendiri dan menggunakan perspektif yang lebih ramah”. Untuk memenangkan debat internal ini maka perlu poin-poin pembicaraan dan argumen untuk merumuskan pemahaman yang lebih seimbang. Langkahnya yaitu:

1.      Membuat daftar (tertulis) tentang pikiran negative yang kritis terhadap diri sendiri tentang penolakan yang terjadi.

2.      Membuat kontra argument sebagai bantahan terhadap sikap kritis kita tersebut.

3.      Tiap teringat/punya pikiran kritis pada diri sendiri, segera lontarkan kontra argument yang sudah kita buat.

Bentuk-bentuk kontra argument tersebut ada bermacam-macam. Untuk hubungan romanis kita harus menyadari bahwasannya “orang yang ditolak tidak melakukan kesalahan apapun dan penolakan yang terjadi tidak ada kaitannya dengan dengan kekurangan yang ada pada diri sendiri maupun orang lain”. Untuk tempat bekerja kita harus meyakini penolakan yang diterima bukan merupakan cerminan dari kinerja kita maupun karakter kita. Menghadapi penolakan ini kita harus mengamati sampai sejauh mana hal itu dimotivasi oleh usaha memenuhi budaya negative ditempat kerja atau sebuah penghinaan dalam perusahaan karena ambisi/persaingan/upaya menarik perhatian pimpinan. Untuk di masyarakat/pertemanan kita harus menyadari penolakan yang terjadi bukan disebabkan oleh kesalahan kita/kesalahan mereka, namun karena saling kesediaan memberikan waktu/perhatian untuk bersama. Ketika mereka meninggalkan kita, mungkin karena kita tidak mampu memberikan waktu/perhatian sebab pekerjaan/keluarga/hubungan/pertemanan lain yang lebih kita/mereka pentingkan sebab sesuatu yang lebih urgent. Jadi jelas sekali hal ini tidak ada hubungannya dengan diinginkan/tidaknya kita sebagai teman.

Penanganan B : membangkitkan kembali harga diri. Cara terbaik untuk mengurangi rasa sakit akibat penolakan dan memulihkan rasa percaya diri kita adalah mengingatkan diri kita pada aspek-aspek penting dari karakter kita yang menurut orang lain berharga dan diperlukan (walaupun tidak demikian menurut orang yang menolak kita). Hubungan dengan rasa harga diri memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pemulihan dari luka akibat penolakan. Adapun langkah yang bisa kita lakukan untuk membantu mengatasi hal ini adalah sebagai berikut:

1.      Membuat daftar tertulis yang berisi lima karakter, sifat dan ciri dari diri kita yang sangat kita hargai.

2.      Menyusun daftrar tersebut berdasarkan urutan kepentingannya.

3.      Memilih dua dari tida teratas lalu membuat sebuah tulisan pendek yang berisi:

Ø  Mengapa kualitas ini penting bagi saya?

Ø  Bagaimana kualitas ini memengaruhi hidup saya?

Ø  Mengapa kualitas ini menjadi bagian penting dari citra diri saya?

Penanganan C : memulihkan hubungan sosial. Sakit mental yang kita alami mungkin akan membuat kita ragu untuk melibatkan orang lian namun kita harus mengatasi rasa takut dan meminta dukungan pada orang lain/sosial untuk menghidupkan kembali perasaan akan hubungan sosial. Dukungan sosial mampu menciptakan pengingat langsung akan hubungan yang berarti bagi kita yang mampu memulihkan perasaan menjadi bagian yang hilang. Dukungan sosial juga merupakan hal sangat penting jika penolakan tersebut melibatkan unsur diskriminasi. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi perasaan marah dan depresi, memperkuat identitas kelompok, dan mengimbangi efek membahayakan dari tidak dihargai oleh budaya yang dominan.

Bentuk-bentuk untuk mendapatkan dukungan sosial tersebut bisa kita peroleh dengan beberapa cara. Pertama menemukan afiliasi baru dengan lingkungan yang lebih baik. Penolakan memang mennyakitkan, tapi kita bisa memandangnya sebagai kesempatan untuk menilai apakah pasangan/lingkungan sosial/teman/majikan kita merupakan tempat yang baik bagi kepribadian/gaya hidup/karakter kita. Sering kali kelompok sosial yang menjadi pilihan kita didorong keadaan. Sekedar hanya melewatkan waktu bersama kelompok dengan siapa kita merasakan ikatan yang kuat bisa membantu memulihkan perasaan keterikatan sosial walaupun tidak banyak kata yang diucapkan. Untuk menentukan siapa yang kita pilih untuk membantu memulihkan perasaan sosial ini adalah mereka yang kemampuannya memadai dalam mengungkapkan empati dan dukungan terhadap keadaan kita.

Kedua meikmati kudapan sosial. Sama seperti menikmati kudapan makanan untuk meringankan/menghilangkan rasa lapar, maka menikmati kudapan sosial juga perlu kita lakukan untuk meringankan/menghilangkan rasa lapar kita akan sosial. Sebuah penelitian mendapati bahwa foto dari orang-orang terkasih adalah kudapan sosial yang paling bernutrisi untuk emosi setelah mengalami penolakan. Mengingat hubungan baik/interaksi yang hangat yang pernah kita milik dengan orang terdekat/terkasih mampu mengurangi agresi yang muncul karena penolakan. Membaca surel/surat/melihat video/menggunakan benda kenangan dari orang terkasih/terdekat kita sangat meringankan luka karenaa penolakan yang juga disertai rasa kesepian.

Penanganan D : menurunkan sensitifitas (kurang peka terhadap diri sendiri). Cara ini dilakukan untuk membuat diri kita merasa terbiasa dengan sebuah penolakan. Teknik ini dikenal dengan desensitisasi. Semakin kita sering berhadapan dengan situasi yang kita anggap tidak nyaman, maka kita akan semakin terbiasa (merasa tidak akan terganggu dengan hal itu). Teknik ini memang efektif, akan tetapi tidak boleh terlalu sering dilakukan (harus dengan bijak). Teknik ini boleh dilakukan dengan dua syarat, yaitu apabila kita merasa harga diri kita telah siap menghadapi tantangan dan setelah mempertimbangakan dengan saksama bagaimana kita mampu menerapkan penanganan ini dengan cara yang menurut kita bermanfaat.

Lalu kapan kita harus pergi untuk mendapatkan pertolongan ahlinya (psikolog/dokter spesialis kejiwaan)? Pertama apabila penolakan yang kita alami begitu dalam (misal ditolak oleh keluarga/lingkungan karena agama atau hal wajar lainnya). Kedua apabila mengalami penolakan kronis selama jangka waktu tertentu. Ketiga apabila kita masih merasa sangat hancur dan berhubungan dengan orang lain masih sangat beresiko. Keempat apabila kemarahan dan agresifitas kita terlalu kuat hingga kita tidak mampu mengendalikan/berpikir untuk melukai diri sendiri/orang lain.