Trauma Agama ?
(by : me @salam baca-tulis)
Juli 2022
Trauma dan agama. Dua kata
yang terdengar ganjil sekali. Trauma agama. Fenomena yang rasanya asing sekali dalam kehidupan ini.
Menilik sebuah sejarah
yang pernah saya baca, ada sebuah ide yang hari ini menjadi sebuah hipotesa
bagi saya. Ide pokok hipotesa tersebut adalah “Trauma Agama”. Cerita tentang
abad kegelapan Eropa, dimasa dominasi gereja dalam system kehidupan Eropa
sangat jelas dan sewenang-wenang, padahal pada masa yang sama sejarah juga
mencatat bahwa pada masa ini ada wilayah tetangga yang terang benderang dan didominasi
sesama agama samawi, yakni Islam. Dari sini kita sama-sama tahu bahwa pada masa
tersebut ada dua wilayah bagian bumi ini yang sama-sama didominasi agama samawi
akan tetapi sangat jauh berbeda keadaannya. Agama samawi Kristen Katolik yang mendominasi
kekuasaan Eropa pada masa itu nyata sekali menjadikan Eropa mengalami masa
kegelapan. Petuah yang intinya melawan raja adalah melawan tuhan sempat menjadi
quotes yang beredar pada masyarakat kegelapan Eropa. Disisi lain, bisa kita
lihat Agama Samawi Islam yang menguasai saat itu turut menguasai daerah lain
memberikan kejayaan yang luar biasa bahkan banyak penemuan ilmu pengetahuan
yang saat ini kita kenal dengan sains muncul disana.
Menilik cerita dominasi
agama islam yang menguasai dunia, kita tahu salah satu hal mengejutkan yang
rasanya tidak masuk akal, yakni penghancuran baitul hikmah dan buku-buku
tulisan orang-orang yang memang berbahasa Arab yang ada di baitul hikmah pada masa kejayaan islam sementara Eropa masih masa
kegelapan. Hal ini membuat saya menduga-duga pasti ada sesuatu yang janggal, ditambah
lagi ditemukannya beberapa fakta ditulisnya kembali penemuan-penemuan muslim
tersebut dalam bahasa yang tidak lagi bahasa alinya juga nama penemu-penemunya
yang dirubah sehingga tidak lagi menunjukkan bahwa sang penemu tersebut
beragama islam atau dari kalangan islam. Kalo pembantaian dan perebutan bangunan, saya masih bisa melogika, akan tetapi kalau penghancuran buku-buku bagi saya agak sedikit aneh. Hal tersebut bagi saya berarti tidak hanya merebut kekuasaan khilafah, namun juga menghancurkan sebuah ajaran agama islam.
Hal kecil tersebut
membuat saya memiliki sebuah pemikiran bahwasannya jejak kejayaaan islam
sengaja dihapus oleh pihak yang membenci islam dan tidak pernah menginginkan
islam bangkit menguasai dunia kembali. Padahal, jika dipelajari lebih dalam, islam itu
sangat kompleks dan sangat detail dalam menuntun manusia untuk menjadi manusia
yang sehat, sukses dan bahagia di dunia ini hingga akhirat. Islam mengajarkan
bagaimana manusia itu tetap pada fitrohnya. Islam juga mengajarkan bagaimana
manusia itu agar tetap menjadi manusia.
Akan tetapi, pada
kenyataannya, dalam kehidupan nyata tak sedikit saya jumpai kampanye-kampanye
radikalisme. Awalnya saya sendiri memiliki pandangan kurang baik terhadap islam
karena framing radikalisme tersebut. Setelah sedikit demi sedikit mencoba
mengenali islam yang sesungguhnya itu seperti apa, sungguh, logika dan pikiran
yang ada di kepala ini menolak pernyataan islam itu radikal, islam itu teroris
atau sejenisnya sebagaimana yang pernah saya dapati di media-media. Justeru,
saya dapati islam itu sangat anggun pada seluruh manusia, tak hanya manusia
pada hewan, tanah, udara, tumbuhan dan lainnya. Saya memiliki pemikiran
seandainya saja semua manusia menerima dan mempelajari islam yang memang di
bawa rasul Muhammad, saya yakin kehidupan ini sangatlah damai dan sejahtera. Semua
manusia tetap pada koridor fitrohnya dan tetap menjadi manusia (tidak
kehilangan kemanusiaannya).
Tentu saja, di lembaga
pendidikan formal yang pernah saya lewati, saya tidak pernah mengetahui bahwa
islam itu sebenernya sebagus itu ajarannya. Baru setelah bisa bertemu banyak
orang dari ragam yang berbeda-beda, saya baru sedikit bisa sadar, ternyata islam
itu sebagus dan sebaik itu. Fakta ini membuat saya berpikir, kenapa di lembaga
pendidikan formal saya tidak mendapatkan pendidikan islam yang sebagus dan
sebaik ini? Bahkan selengkap ini? Asumsi saya mungkin karena memang islam tidak
diharapkan untuk eksis dan tenar sebagaimana eksis dan tenarnya islam di masa
kejayaan islam pada saat Eropa dilanda abad kegelapan.
Bagaimanapun juga, bagi
kita yang benar-benar masih menyadari dirinya bukan hanya sebatas apa yang bisa
dilihat (tubuh/fisiknya, penampilannya, karyanya) dan bukan apa yang masih bisa
diukur (seperti kemampuan logika pikiran dan bagaimana mengolah perasaan marah,
dll), niscaya kesadaran bahwa dia merupakan ruh itu pasti akan disadarinya. Segala
sesuatu itu diciptakan, begitu juga ruh tersebut. Ruh juga diciptakan. Jika kita
menyadari ini niscaya keberadaan tuhan itu pasti tidak akan lagi bisa ditolak
oleh kita karena kita adalah manusia. Jika kita menyadari hal ini, kita pasti
tidak akan pernah menolak bahwa hidup kita diatur oleh ajaran tuhan yang
diturunkan berupa wahyu kepada para nabi & rasulnya.
Menilik keberhasilan ajaran wahyu yang disampaikan rasul Muhammad, saya heran mendapati banyaknya manusia yang menolak diberlakukannya islam dalam seluruh lini kehidupan dan tidak jarang penolakan tersebut juga dari orang-orang yang memilih islam sebagai ajaaran/agama/paham yang dianutnya. Terkadang saya menebak-nebak bahwa jangan-jangan penolakan kita diatur dengan ajaran tuhan dalam seluruh kehidupan kita adalah manifestasi kita mengidap virus trauma. Yaitu trauma agama yang dialami oleh orang-orang pada masa kegelapan Eropa yang memang pada saat itu juga didominasi gereja. Jika dilihat Kristen Katolik dan Islam sama-sama agama samawi (Tuhannya Allah). Bisa jadi karena hal ini, kita trauma. Berdasar ilmu psikologi, yang saya tahu trauma itu memang menular dan memang bbisa menjadi turun-menurun. Trauma ini seperti penyakit. Saya berasumsi bahwa kita sedang menjadi korban trauma agama yang dialami orang-orang di abad kegelapan Eropa dulu. Jika kita tidak berupaya menyembuhkan diri dan saling membantu kesembuhan satu sama lain, entah sampai sejauh mana lagi virus trauma ini menyerang manusia.
Yeach, semua yang saya
tulis ini hanya berdasar pemikiran sendiri setelah menerima beberapa informasi
yang ada. Semua yang saya tulis hanya hipotesa belaka. Saya tidak melakukan
riset apapun, sehingga kemungkinan benar : kemungkinan salahnya adalah 50%:50%.
Jadi, pembaca yang bijak, selamat bereksplorasi lebih lagi agar bisa mengetahui
kebenaraan sejati. Saya juga tolong diberitahu sebuah kebenaran yang saya luput
saat ini. Terima kasih. Salam Baca-Tulis.