Translate

Rabu, 07 September 2022

Adab dan Ilmu

Adab dan Ilmu

Kita sepakat bahwasannya ADAB LEBIH UTAMA DIBANDING ILMU. Kesepakatan ini pun tak hanya kesepakatan kita semata, melainkan juga kesepakatan yang berasal dari para pewaris nabi. Nabi sendiri juga menekankan bahwa akhlak itu mencerminkan iman, bahwa yang paling bagus imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.

Disisi lain terkadang terlintas sebuah pemikiran, ilmu dan adab ini apakah memang dua hal yang berbeda? Ilmu dan adab apakah dua hal yang saling terpisah? Jika adab saja yang bagus namun tiada ilmu akan jadi apa? Pun jika sebaliknya, ilmu bagus tapi tak ada adab akan jadi apa? Bukankah keduanya sangat berbahaya? Adab bagus akan membuat kita disukai semua manusia, tak hanya manusia mungkin seluruh alam pun menyukai kita, namun jika tidak ada ilmu mana bisa adab itu terbentuk? Atau jika adab bagus namun tak ada ilmu, hal positif yang kita miliki dari adab bagus ini mau ditujukan untuk apa? Bukankah bisa-bisa ditujukan unttuk kemungkaran juga? Sebaliknya, jika ilmu saja yang bagus sudah pasti kita tahu akan secerdas apa seluruh manusia namun jika adab ditinggalkan kita juga sudah tahu sehancur apa kehidupan manusia itu yang diakibatkan ilmu tanpa adab.

Poin lainnya, ilmu bukankah suatu hal yang membangun adab? Tanpa ilmu mana bisa adab terbentuk? Jika adab tidak terbentuk bagaimana bisa tercipta sebuah peradaban? Jika tak ada peradaban, lantas kehidupan ini untuk apa? Jika kita menganggap adab dan ilmu adalah dua hal yang terpisah, rasanya sulit sekali untuk menyatukan ilmu dan adab atau lebih tepatnya menghargai ilmu dan adab sebagai satu paket lengkap.

ADAB MEMANG LEBIH UTAMA DIBANDING ILMU BUKAN BERARTI ADAB DAN ILMU ADALAH DUA HAL YANG TERPISAH. Ilmu adalah hal yang mendasari terbentuknya adab. Adab adalah pondasi terwujudnya peradaban. ATAU DENGAN KATA LAIN MUNGKIN BISA DIKATAKAN ORANG TIDAK LAYAK MENYEBUT DIRINYA BERILMU JIKA DIRINYA TIDAK BERADAB, dan sudah pasti tidak layak seseorang berkata memiliki/mengikuti peradaban jika ia sendiri tidak beradap sebab jika tidak beradap juga tidak akan ada peradaban.

Jika adab boleh dirombak jadi dua hal kelompok ilmu, untuk lebih tepatnya mungkin ilmu tersebut bisa dikelompokkan menjadi ilmu dasar dan ilmu pengembangan. Ilmu dasar adalah ilmu akhlak yang mana ilmu ini akan menuntun si penuntut ilmu beradap dan ilmu pengembangan adalah ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu fisika, kimia, matematika, biologi, hadits, fiqih, dll yang mana ilmu ini akan menuntun adab menjadi peradaban. Jika kita sudah belajar ilmu dasar maka kita wajib belajar ilmu pengembangan. Dua ilmu ini adalah pondasi manusia untuk membentuk peradaban. Peradaban yang baik sudah pasti harus dibentuk dengan komposisi yang baik. Jika komposisi peradaban adalah pondasi peradaban tersebut, yakni ilmu dasar dan ilmu pengembangan, maka kedua ilmu tersebut harus baik. Ilmu pengembangan sudah pasti harus mematuhi ilmu dasar, sebab sesuai hukum yang kita sepakati hal-hal yang berada dalam ranah pengembangan itu tidak boleh melawan hal-hal yang berada di ranah dasar. Sebagai contoh ilmu dalam ranah pengembangan adalah kloning, dan ilmu dalam ranah dasar semisal tentang akhlak berketurunan, maka sudah jelas kloning tidak boleh melanggar akhlak berketurunan tersebut agar peradaban tercapai karena memang dibangun dengan adab.

Dengan demikian, bisa disebut bahwa adab adalah ilmu (yakni ilmu akhlak/ilmu dasar) dan ilmu (baik ilmu dasar maupun pengembangan) itu adalah adab itu sendiri. Jika ada orang berilmu namun tidak beradab, ada hal yang perlu dipertanyakan, yakni apakah dia benar-benar sudah berilmu atau ia hanya berilmu disebagian saja, alias ilmunya tidak lengkap. Jika kita tahu ada orang yang ilmunya kurang lengkap, itu adalah tugas kita bersama untuk saling berbagi ilmu, bukan mengata-ngatai bahwa si a tidak punya adab, si b tidak beradap, si c tidak berilmu, si d goblok, etc.

Tulisan ini hanya sebuah uneg-uneg agar kita tidak terlalu memisahakan ilmu dan adab. Penulis hanya ingin menegaskan bahwasannya ilmu dana dab itu dua hal yang saling terkait satu sama lain, tidak bisa dipisahkan. Selamat merenungi dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Salam BACA-TULIS.