Translate

Minggu, 03 Juli 2022

Trauma Agama ?

Trauma Agama ?

(by : me @salam baca-tulis)

Juli 2022

 

Trauma dan agama. Dua kata yang terdengar ganjil sekali. Trauma agama. Fenomena yang rasanya asing sekali dalam  kehidupan ini.

Menilik sebuah sejarah yang pernah saya baca, ada sebuah ide yang hari ini menjadi sebuah hipotesa bagi saya. Ide pokok hipotesa tersebut adalah “Trauma Agama”. Cerita tentang abad kegelapan Eropa, dimasa dominasi gereja dalam system kehidupan Eropa sangat jelas dan sewenang-wenang, padahal pada masa yang sama sejarah juga mencatat bahwa pada masa ini ada wilayah tetangga yang terang benderang dan didominasi sesama agama samawi, yakni Islam. Dari sini kita sama-sama tahu bahwa pada masa tersebut ada dua wilayah bagian bumi ini yang sama-sama didominasi agama samawi akan tetapi sangat jauh berbeda keadaannya. Agama samawi Kristen Katolik yang mendominasi kekuasaan Eropa pada masa itu nyata sekali menjadikan Eropa mengalami masa kegelapan. Petuah yang intinya melawan raja adalah melawan tuhan sempat menjadi quotes yang beredar pada masyarakat kegelapan Eropa. Disisi lain, bisa kita lihat Agama Samawi Islam yang menguasai saat itu turut menguasai daerah lain memberikan kejayaan yang luar biasa bahkan banyak penemuan ilmu pengetahuan yang saat ini kita kenal dengan sains muncul disana.

Menilik cerita dominasi agama islam yang menguasai dunia, kita tahu salah satu hal mengejutkan yang rasanya tidak masuk akal, yakni penghancuran baitul hikmah dan buku-buku tulisan orang-orang yang memang berbahasa Arab yang ada di baitul hikmah pada masa kejayaan islam sementara Eropa masih masa kegelapan. Hal ini membuat saya menduga-duga pasti ada sesuatu yang janggal, ditambah lagi ditemukannya beberapa fakta ditulisnya kembali penemuan-penemuan muslim tersebut dalam bahasa yang tidak lagi bahasa alinya juga nama penemu-penemunya yang dirubah sehingga tidak lagi menunjukkan bahwa sang penemu tersebut beragama islam atau dari kalangan islam. Kalo pembantaian dan perebutan bangunan, saya masih bisa melogika, akan tetapi kalau penghancuran buku-buku bagi saya agak sedikit aneh. Hal tersebut bagi saya berarti tidak hanya merebut kekuasaan khilafah, namun juga menghancurkan sebuah ajaran agama islam.

Hal kecil tersebut membuat saya memiliki sebuah pemikiran bahwasannya jejak kejayaaan islam sengaja dihapus oleh pihak yang membenci islam dan tidak pernah menginginkan islam bangkit menguasai dunia kembali. Padahal, jika dipelajari lebih dalam, islam itu sangat kompleks dan sangat detail dalam menuntun manusia untuk menjadi manusia yang sehat, sukses dan bahagia di dunia ini hingga akhirat. Islam mengajarkan bagaimana manusia itu tetap pada fitrohnya. Islam juga mengajarkan bagaimana manusia itu agar tetap menjadi manusia.

Akan tetapi, pada kenyataannya, dalam kehidupan nyata tak sedikit saya jumpai kampanye-kampanye radikalisme. Awalnya saya sendiri memiliki pandangan kurang baik terhadap islam karena framing radikalisme tersebut. Setelah sedikit demi sedikit mencoba mengenali islam yang sesungguhnya itu seperti apa, sungguh, logika dan pikiran yang ada di kepala ini menolak pernyataan islam itu radikal, islam itu teroris atau sejenisnya sebagaimana yang pernah saya dapati di media-media. Justeru, saya dapati islam itu sangat anggun pada seluruh manusia, tak hanya manusia pada hewan, tanah, udara, tumbuhan dan lainnya. Saya memiliki pemikiran seandainya saja semua manusia menerima dan mempelajari islam yang memang di bawa rasul Muhammad, saya yakin kehidupan ini sangatlah damai dan sejahtera. Semua manusia tetap pada koridor fitrohnya dan tetap menjadi manusia (tidak kehilangan kemanusiaannya).

Tentu saja, di lembaga pendidikan formal yang pernah saya lewati, saya tidak pernah mengetahui bahwa islam itu sebenernya sebagus itu ajarannya. Baru setelah bisa bertemu banyak orang dari ragam yang berbeda-beda, saya baru sedikit bisa sadar, ternyata islam itu sebagus dan sebaik itu. Fakta ini membuat saya berpikir, kenapa di lembaga pendidikan formal saya tidak mendapatkan pendidikan islam yang sebagus dan sebaik ini? Bahkan selengkap ini? Asumsi saya mungkin karena memang islam tidak diharapkan untuk eksis dan tenar sebagaimana eksis dan tenarnya islam di masa kejayaan islam pada saat Eropa dilanda abad kegelapan.

Bagaimanapun juga, bagi kita yang benar-benar masih menyadari dirinya bukan hanya sebatas apa yang bisa dilihat (tubuh/fisiknya, penampilannya, karyanya) dan bukan apa yang masih bisa diukur (seperti kemampuan logika pikiran dan bagaimana mengolah perasaan marah, dll), niscaya kesadaran bahwa dia merupakan ruh itu pasti akan disadarinya. Segala sesuatu itu diciptakan, begitu juga ruh tersebut. Ruh juga diciptakan. Jika kita menyadari ini niscaya keberadaan tuhan itu pasti tidak akan lagi bisa ditolak oleh kita karena kita adalah manusia. Jika kita menyadari hal ini, kita pasti tidak akan pernah menolak bahwa hidup kita diatur oleh ajaran tuhan yang diturunkan berupa wahyu kepada para nabi & rasulnya.

Menilik keberhasilan ajaran wahyu yang disampaikan rasul Muhammad, saya heran mendapati banyaknya manusia yang menolak diberlakukannya islam dalam seluruh lini kehidupan dan tidak jarang penolakan tersebut juga dari orang-orang yang memilih islam sebagai ajaaran/agama/paham yang dianutnya. Terkadang saya menebak-nebak bahwa jangan-jangan penolakan kita diatur dengan ajaran tuhan dalam seluruh kehidupan kita adalah manifestasi kita mengidap virus trauma. Yaitu trauma agama yang dialami oleh orang-orang pada masa kegelapan Eropa yang memang pada saat itu juga didominasi gereja. Jika dilihat Kristen Katolik dan Islam sama-sama agama samawi (Tuhannya Allah). Bisa jadi karena hal ini, kita trauma. Berdasar ilmu psikologi, yang saya tahu trauma itu memang menular dan memang bbisa menjadi turun-menurun. Trauma ini seperti penyakit. Saya berasumsi bahwa kita sedang menjadi korban trauma agama yang dialami orang-orang di abad kegelapan Eropa dulu. Jika kita tidak berupaya menyembuhkan diri dan saling membantu kesembuhan satu sama lain, entah sampai sejauh mana lagi virus trauma ini menyerang manusia.

 

Yeach, semua yang saya tulis ini hanya berdasar pemikiran sendiri setelah menerima beberapa informasi yang ada. Semua yang saya tulis hanya hipotesa belaka. Saya tidak melakukan riset apapun, sehingga kemungkinan benar : kemungkinan salahnya adalah 50%:50%. Jadi, pembaca yang bijak, selamat bereksplorasi lebih lagi agar bisa mengetahui kebenaraan sejati. Saya juga tolong diberitahu sebuah kebenaran yang saya luput saat ini. Terima kasih. Salam Baca-Tulis.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar