Hari, tanggal :
Jumat, 5 Agustus 2022
Judul buku :
Antara Dia, Aku, & Mereka
Tebal halaman :
227 halaman
Pengarang :
Felixsiauw dan Hawaariyyun
Sinopsis :
Terlalu
lama kita hidup dalam gelap akan membuat kita kesulitan melihat apa yang ada
dalam terang hingga kita perlu membuka tirai penutup cahaya agar cahaya tersebut
mampu memasuki ruangan gelap kita. Jika logika matematika memastikan bahwa
1+1=2 merupakan nilai yang mana hanya
mampu kita kreatifitaskan angka-angkanya agar tak lagi membentuk pola yang
seperti itu, yakin adalah pondasi dasar yang mempu memunculkan kreatifitas
tersebut. The power of percaya diri &
menyadari sesuatu yang ada pada diri adalah kunci untuk memulai sebuah
perubahan dan setia pada “berharap untuk lebih baik” adalah kunci untuk setia
pada perubahan. Perubahan bisa berjalan jika kita melepaskan beban/keterikatan
pada hal-hal yang ada di sebelumnya. Satu hal yang perlu kita tahu adalah
bahwasannya sesuatu di luar diri tidak berada dalam kendali kita dan sesuatu di
dalam diri berada dalam kendali kita. Melepaskan sesuatu bukan berarti kita
membencinya, hanya saja memberikan ruang agar tak saling memberikan luka dan meninggalkan
sesuatu bukan berarti kita tak suka, hanya saja memberi ruang untuk belajar. Begitulah
masa lalu sebaiknya mendapatkan bagian, ia tak perlu kita lupakan, karena ia
adalah bagian dari diri kita, ia hanya perlu kita rawat agar menjadi selesai
hingga kita bisa kembali melangkah tanpa lagi dihantui tuntutan atas hak dari
diri di masa lalu kita.
Hidup
di masa lalu tidak releven untuk kita di saat ini, begitu pula hidup di masa
depan juga tidak relevan di masa kini karena kedua hal ini akan menjadikan diri
kita toxic untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Satu-satunya kehidpan
nyata adalah detik ini. Lantas kenapa kita harus jadi bodoh dengan hidup bukan
di detik ini? Kita mau hidup di masa mana adalah kendali kita, karena kita tahu
tak ada seorang pun yang benar-benar bersama kita karena kita hidup dalam
kesendirian, atau kasarnya adalah mandiri. Jadi berhentilah berpikir bodoh
dalam hidup ini.
Awal
itu ujung dari akhir. Itulah kenapa pertemuan akan menemui perpisahan dan
kebersamaan akan menemui perseteruan. Semakin kita paham sesuatu semakin banyak
yang kita tidak tahu pun semakin jauh kita melangkah semakin banyak area yang
belum terjamah. Perlu juga kita sadari bahwa akhir adalah awal dari sesuatu
yang lain. Bukankah begitu dengan perpisahan dan perseteruan yang pernah kita
alami? Sendiri memang lebih cepat. Namun bukankah ini menunjukkan jelas betapa
tidak sabarnya kita sebagai manusia? Sering kita lupa bahwa hal paling indah
adalah saat kita menikmati masa kini, hidup di masa kini, bukan sibuk dengan
masa lalu atau pun masa depan.
Tak
perlu setiap kita menjelaskan, namun setiap kita perlu untuk paham. Inilah
alasan kita diciptakan dengan komponen yang sama. Saat kita berada dalam titik
terendah, sejatinya ini adalah pendidikan termahal yang kurikulumnya didesain
oleh sang Mahamendesain. Kurikulum ini masihkah tak mampu menjawab “Siapa aku? Mengapa
aku ada? Apa aku punya tujuan tertentu di dunia? Dan setelah mati apakah
keadaanku?”. Keberhasilan kita menjawabnya memang memerlukan waktu. Setiap kita
memang memiliki waktu kita sendiri-sendiri. Ia mengajari kita dengan
tanda-tanda-Nya karena Ia memang mengajari kita untuk hidup seutuhnya. Jika pembelajaran
dengan kurikulum ini terasa berat, mungkin itu hanya karena kita belum menemukan
metode yang cocok untuk diri kita. Lagi-lagi Ia mengajari lewat tanda-tanda
agar kita bisa fokus pada proses. Jika kita sudah berhasil belajar dalam
kurikulum ini, kita akan tahu betapa dunia ini bergantung bagaimana kita
bersikap. Jika kita tertutup maka dunia ini juga akan tertutup dan kita tak
akan melihat apapun, sebaliknya jika kita terbuka maka dunia ini juga akan terbuka
dan kita akan melihat banyak hal di luar sana.
Lantas
jika memang ada sang Mahamendesain kurikulum, mengapa kita tidak berharap
pada-Nya? Kenapa kita ragu jika kita tahu Ia yang Mahamendesain kurikulum untuk
kita? Bukankah pembelajaran kita sudah pasti benar? Tentu semua itu jika kita
tetap setia sebagai pembelajar. Ganjaraan akhirnya adalah kebahagiaan. Jika kita
berhasil bahagia, tentu mudah bagi kita membagikan kebahagiaan. Pun dengan
cinta. Mencintai itu pasti akan mudah bagi kita jika kita merasakan dicintai.
Yang perlu kita ingat, dicintai itu mudah jika kita sadar bahwa kita memang
memerlukannya. Dicintai paling indah adalah dicintai oleh-Nya. Jika dirasa
berat, perlu kita ingat, kepompomg menjadi kupu-kupu memang perlu mennjalani
puasa yang berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar