Translate

Kamis, 04 Agustus 2022

Antara Dia, Aku, & Mereka

Hari, tanggal   : Jumat, 5 Agustus 2022

Judul buku      : Antara Dia, Aku, & Mereka

Tebal halaman : 227 halaman

Pengarang       : Felixsiauw dan Hawaariyyun

Sinopsis           :

            Terlalu lama kita hidup dalam gelap akan membuat kita kesulitan melihat apa yang ada dalam terang hingga kita perlu membuka tirai penutup cahaya agar cahaya tersebut mampu memasuki ruangan gelap kita. Jika logika matematika memastikan bahwa 1+1=2 merupakan nilai  yang mana hanya mampu kita kreatifitaskan angka-angkanya agar tak lagi membentuk pola yang seperti itu, yakin adalah pondasi dasar yang mempu memunculkan kreatifitas tersebut. The power of percaya diri & menyadari sesuatu yang ada pada diri adalah kunci untuk memulai sebuah perubahan dan setia pada “berharap untuk lebih baik” adalah kunci untuk setia pada perubahan. Perubahan bisa berjalan jika kita melepaskan beban/keterikatan pada hal-hal yang ada di sebelumnya. Satu hal yang perlu kita tahu adalah bahwasannya sesuatu di luar diri tidak berada dalam kendali kita dan sesuatu di dalam diri berada dalam kendali kita. Melepaskan sesuatu bukan berarti kita membencinya, hanya saja memberikan ruang agar tak saling memberikan luka dan meninggalkan sesuatu bukan berarti kita tak suka, hanya saja memberi ruang untuk belajar. Begitulah masa lalu sebaiknya mendapatkan bagian, ia tak perlu kita lupakan, karena ia adalah bagian dari diri kita, ia hanya perlu kita rawat agar menjadi selesai hingga kita bisa kembali melangkah tanpa lagi dihantui tuntutan atas hak dari diri di masa lalu kita.

            Hidup di masa lalu tidak releven untuk kita di saat ini, begitu pula hidup di masa depan juga tidak relevan di masa kini karena kedua hal ini akan menjadikan diri kita toxic untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Satu-satunya kehidpan nyata adalah detik ini. Lantas kenapa kita harus jadi bodoh dengan hidup bukan di detik ini? Kita mau hidup di masa mana adalah kendali kita, karena kita tahu tak ada seorang pun yang benar-benar bersama kita karena kita hidup dalam kesendirian, atau kasarnya adalah mandiri. Jadi berhentilah berpikir bodoh dalam hidup ini.

            Awal itu ujung dari akhir. Itulah kenapa pertemuan akan menemui perpisahan dan kebersamaan akan menemui perseteruan. Semakin kita paham sesuatu semakin banyak yang kita tidak tahu pun semakin jauh kita melangkah semakin banyak area yang belum terjamah. Perlu juga kita sadari bahwa akhir adalah awal dari sesuatu yang lain. Bukankah begitu dengan perpisahan dan perseteruan yang pernah kita alami? Sendiri memang lebih cepat. Namun bukankah ini menunjukkan jelas betapa tidak sabarnya kita sebagai manusia? Sering kita lupa bahwa hal paling indah adalah saat kita menikmati masa kini, hidup di masa kini, bukan sibuk dengan masa lalu atau pun masa depan.

            Tak perlu setiap kita menjelaskan, namun setiap kita perlu untuk paham. Inilah alasan kita diciptakan dengan komponen yang sama. Saat kita berada dalam titik terendah, sejatinya ini adalah pendidikan termahal yang kurikulumnya didesain oleh sang Mahamendesain. Kurikulum ini masihkah tak mampu menjawab “Siapa aku? Mengapa aku ada? Apa aku punya tujuan tertentu di dunia? Dan setelah mati apakah keadaanku?”. Keberhasilan kita menjawabnya memang memerlukan waktu. Setiap kita memang memiliki waktu kita sendiri-sendiri. Ia mengajari kita dengan tanda-tanda-Nya karena Ia memang mengajari kita untuk hidup seutuhnya. Jika pembelajaran dengan kurikulum ini terasa berat, mungkin itu hanya karena kita belum menemukan metode yang cocok untuk diri kita. Lagi-lagi Ia mengajari lewat tanda-tanda agar kita bisa fokus pada proses. Jika kita sudah berhasil belajar dalam kurikulum ini, kita akan tahu betapa dunia ini bergantung bagaimana kita bersikap. Jika kita tertutup maka dunia ini juga akan tertutup dan kita tak akan melihat apapun, sebaliknya jika kita terbuka maka dunia ini juga akan terbuka dan kita akan melihat banyak hal di luar sana.

            Lantas jika memang ada sang Mahamendesain kurikulum, mengapa kita tidak berharap pada-Nya? Kenapa kita ragu jika kita tahu Ia yang Mahamendesain kurikulum untuk kita? Bukankah pembelajaran kita sudah pasti benar? Tentu semua itu jika kita tetap setia sebagai pembelajar. Ganjaraan akhirnya adalah kebahagiaan. Jika kita berhasil bahagia, tentu mudah bagi kita membagikan kebahagiaan. Pun dengan cinta. Mencintai itu pasti akan mudah bagi kita jika kita merasakan dicintai. Yang perlu kita ingat, dicintai itu mudah jika kita sadar bahwa kita memang memerlukannya. Dicintai paling indah adalah dicintai oleh-Nya. Jika dirasa berat, perlu kita ingat, kepompomg menjadi kupu-kupu memang perlu mennjalani puasa yang berat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar