Fenomena dan Degradasi Keyakinan
By
Rinale
#salam_inspirasi
#salam_pembelajar
#salam_baca_tulis
Indonesia….. Dahulu kala, sebelum disebut Indonesia,
negeri ini sudah berdiri sebagai kerajaan. Sejarah tentang kehidupan kita pada
masa lalu sangat begitu terbatas. Catatan dari masa lalu juga ada beberapa yang
tidak lengkap. Kebenaran yang sesungguhnya tenntang masa lalu pun seperti apa
juga tidak selalu valid. Satu hal yang seyogyanya kita sadari adalah catatan
dari masa lalu tidak semuanya adalah kebenaran. Sejak masa dahulu, kita perlu
menyadari inti politik adalah kemenangan. Sejarah/catatan akan selalu ditulis
oleh mereka yang menang dan tidak jarang akan menyalahkan mereka yang kalah,
atau bahkan menghapus cerita dari mereka yang kalah. Tak jarang juga meskipun
yang kalah adalah orang-orang yang memegang teguh kebenaran, mereka akan tetap
ditulis sebagai yang salah, bahkan orang-orang yang ditulis sebagai yang salah
ini juga tidak segan-segan untuk dihapus saja dari catatan sejarah. Fenomena
ini yang memerlukan kita sebagai generasi penerus untuk bisa bijak dalah
mengenyam apa yang dibawa oleh sejarah.
Satu hal yang jarang kita dapati di sekolah formal
adalah bahwa Indonesia itu dahulu merupakan mercususar dunia. Maksudnya yaitu Indonesia
pada masa silam adalah negara yang gemar mengarungi lautan. Tidak heran jika
Indonesia sempat memiliki lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut. Apakah lagu ini
masih akrab ditelinga kita atau masih sering kita nyanyikan? Atau justeru lagu
ini malah sudah sangat asing bahkan kita tidak mengetahuinya? Jika memang lagu
ini sudah asing atau bahkan kita tidak pernah tahu, artinya kita benar-benar
mulai melupakan sejarah kita sebagai bangsa yang kini menjadi Bangsa Indonesia.
Ah, itukan sejarah yang sudah sangat usang, lalu untuk apa kita kaji ulang? Apa
ada manfaat yang bisa didapat dari mempelajari masa lalu? Bukankah masa lalu
itu bijaknya kita lupakan saja?
Ya, orang-orang bilang masa lalu sebaiknya dilupakan
saja. Akan tetapi dari sudut pandang lain, lebih bijaknya lagi, masa lalu tidak
perlu kita sangkal apalagi kita lupakan. Yang perlu kita lakukan terhadap masa
lalu adalah hanya mengalihkan fokus kita darinya dan beralih fokus menjalani
hari ini. Mengalihkan fokus bukan berarti kita tidak melihat masa lalu sama
sekali. Mengalihkan fokus disini adalah melihat masa lalu sebagai database
untuk kita ambil pembelajarannya. Karena itulah, mempelajari masa lalu asal
usul bangsa kita sejak masa silam adalah sesuatu yang bagus untuk kita jadikan
sebagai database dan hikmah. Hikmah itulah yang paling penting untuk kita
jadikan salah satu poin yang kelak akan kita lihat sebagai lampu lalu lintas
kita dalam melangkahkan kaki mengarungi bahtera kehidupan.
Lalu apa tujuan dari mencoba menilik sejarah silam
kita di masa lalu yang merupakan mercusuar dunia? Sama sekali tidak ada maksud
untuk membawa kita menuju halusinasi dan imajinasi apalagi masuk dunia khayalan
bahwa kita adalah penguasa dunia, kita adalah yang terhebat, atau sejenisnya.
Sama sekali tidak. Akan tetapi untuk menemukan “why” dahulu kita bisa seperti
itu akan tetapi hari ini kita seperti ini. Apakah kita lebih buruk dari masa
silam? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Dari segi kemajuan teknologi
mungkin jawabannya adalah iya. Karena pada masa lalu mungkin belum ada
mesin-mesing dan robot-robot cerdas seperti sekarang. Jawabannya juga bisa
tidak jika kita menilik dari segi kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual
manusianya. Pada masa silam kita bisa melihat betapa banyaknya orang-orang yang
dihormati, dituakan, disegani, dijadikan panutan, dan lain-lainnya tidak hanya
dilihat dari segi kecerdasan otak/sekolah formal/kekayaan/sejenisnya, akan
tetapi dari segi kualitas emosi dan spiritualnya. Pada masa silam orang-orang
juga berlomba-lomba untuk bisa mencapai kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual yang tinggi. Kemudian untuk masa sekarang, kita bisa dengan mudah
menemukan betapa mudahnya orang dihormati, dituakan, disegani, dijadikan
panutan, dan lain-lainnya hanya karena pangkatnya, gelarnya, hartanya,
hedonismenya, dan lain-lain sejenisnya.
Hal ini merupakan contoh fenomena betapa jelasnya
bangsa ini sedang mengalami degradasi keyakinan. Ketika manusia gagal memiliki
kecerdasan mental dan kecerdasan spiritual, manusia benar-benar telah
kehilangan kemanusiaannya. Mengapa demikian? Hilangnya kecerdasan spiritual
berarti kita melanggar fitroh pertama kita, yakni fitroh bertuhan. Hal ini juga menyebabkan matinya hati
seseorang. Kemudian hilangnya fitroh bertuhan ini juga mampu membuat kita
kehilangan kecerdasan mental. hilangnya kecerdasan mental ini mampu
menghilangkan kewarasan kita. Hal ini membuat saya berasumsi bahwa, kemungkinan
hal ini jugalah yang menjadi pemicu bagaimana manusia itu bisa menjadi psikopat
(jika psikopat diartikan sebagai matinya jiwa seseorang). Ketika jiwa seseorang
sudah mati sudah bisa diprediksi bahwa kecerdasan intelektual manusia otomatis
akan menurun bahkan hancur. Jadi bisa dilihat bahwa matinya hati menyebabkan
matinya jiwa, dan matinya jiwa menyebabkan matinya tubuh.
Dari pemikiran-pemikiran yang membuahkan asumsi-asumsi
sebagaimana teetulis diatas, bisa kita hipotesakan bahwa fenomena-fenomena hari
ini menunjukkan bahwa kita mengalami degradasi keyakinan. Degradasi keyakinan
ini mampu melahirkan kematian hati. Kematian hati mampu melahirkan kematian
jiwa. Kematian jiwa mampu melahirkan kematian fisik. Atau disingkat rusaknya
kecerdasan spiritualisme menyebabkan hancurnya kecerdasan emosional dan
hancurnya kecerdasan emosional menyebabkan hancurnya kecerdasan intelektual.
Hal ini sangat serius dalam memicu kehancuran umat manusia dan seluruh alam.
#tulisan_ini_hanya_torehan_tentang_pemikiran_yang_sedang_berpetualang_memahami_secuil_dari_dinamika_kehidupan.
saran & kritik yang membangun sangat diharapkan. Terima kasih.